Jumat, 10 Desember 2010

Perpustakaan = Jantung Sebuah Universitas?

Sering kali kita mendengar ungkapan bahwa perpustakaan diibaratkan sebagai jantung di sebuah perguruan tinggi.

Apakah memang demikian adanya? Jantung yang seperti apa yang diperlukan oleh sebuah universitas, jika pada kenyataannya perpustakaan hanyalah sebagai sebuah tempat buangan bagi karyawan-karyawan yang dinilai jelek kondite kerjanya?

Telah banyak seminar-seminar yang membahas tentang jantungnya sebuah universitas ini. Bahwa maju mundurnya sebuah universitas, tergantung pada perpustakaan yang dimilikinya, meliputi jenis koleksi dan segala penunjangnya. Memang benar, kualitas lulusan dari sebuah universitas sangat bergantung dari sarana dan prasarana yang tersedia di universitas itu sendiri.

Namun, ada lagi sebuah kenyataan pahit tentang perpustakaan, bahwa banyak pimpinan universitas tidak selalu concern tentang perpustakaannya. Perhatian dan penghargaan terhadap perpustakaan biasanya amat minim sekali. Apakah ini yang disebut jantung yang sesungguhnya?

Maka patut berbahagia bagi sebuah perpustakaan, jika seorang pimpinannya memperhatikan dan sanggup mengakomodir kebutuhan perpustakaannya. Sebab, jaranglah terjadi pimpinan yang seperti ini. Entahlah... Apakah ini sebuah kutukan? *lagian sapa yang berani mengutuk perpustakaan? ‎​:pH̶̲̥̅̊ξ²♒H̶̲̥̅̊ξ²:p♒H̶̲̥̅̊ξ²♒H̶̲̥̅̊ξ²:p*

Jantung adalah merupakan alat vital bagi tubuh. Ia bisa menghasilkan darah yang paling bersih ke otak, hingga ke bagian tubuh lainnya. Jadi, jika perpustakaan disamakan dengan jantung, maka sangat benarlah adanya. Karena jika ada karyawan yang mbalelo, bandel, dan super nakal, maka di kebanyakan kasus, pasti akan dimutasi ke perpustakaan. Perpustakaanlah 'tempat penggojlogan' bagi mereka.
Nah, setelah sang nakal tadi telah berkualitas, maka biasanya akan ditarik kembali untuk ditempatkan di unit lain yang membutuhkannya. Cocok, bukan dengan analogi di atas...? Adilkah ini...?

Inilah gambaran kebanyakan perpustakaan yang ada di Indonesia.
Banyak usaha yang bisa dilakukan oleh perpustakaan jika ingin dihargai kehadirannya, jika ingin diakui keberadaannya. Harus berani menjadi pendobrak dalam melakukan kegiatan positif yang menggugah perhatian dari luar terlebih dahulu. Dari sanalah kualitas sebuah perpustakaan bisa terlihat.

Selasa, 30 November 2010

Layanan Pembaca : Ujung Tombak Dari Sebuah Penyedia Informasi

Di sebuah perpustakaan, ada beberapa bagian yang mengelolanya. Salah satunya adalah bagian layanan pembaca (sirkulasi). Di bagian ini meliputi peminjaman dan pengembalian buku, perpanjangan masa peminjaman, dan rujukan (referensi).

Di sinilah letak etalase dari sebuah perpustakaan. Karena di bagian inilah letak dari kepuasan para pengunjungnya. Suatu perpustakaan bisa dilihat dari bagaimana melayani para penggunanya. Apakah dia ramah dan informatif, luwes dan cekatan. Hal ini berlaku juga di bidang pelayanan rujukan. Bagaimana dia dapat menjawab setiap kebutuhan para penggunanya dengan mereferensikan apa yang dibutuhkan oleh para pengguna. Kemudian memberi alternatif bagi para pengguna, jika apa yang dibutuhkan oleh mereka tidak tersedia di perpustakaan.
Tentunya, semua ini dilakukan dengan keramahan yang wajar, senyum yang tak berlebihan, dan cara bicara yang jelas dan teratur.

Tak peduli apakah bagian lain berantakan, misalnya bagian pengolahan buku. Untuk bagian pengolahan buku diibaratkan sebagai dapur dari sebuah restaurant. Sedangkan penyajiannya terletak pada bagian sirkulasi atau layanan pembaca. 

Oleh sebab itu, sirkulasi merupakan etalase atau sebuah tempat penyajian, sehingga sangat diperlukan bahwa pelayanan dan hasil dari bagian pengolahan dapat tersaji dengan semenarik mungkin. Dapat dikemas dengan seapik mungkin, agar para pengguna dapat merasakan efek psikologis yang positif dari pelayanan ini.

Kamis, 11 November 2010

digital library

Dalam upaya memenuhi konsep user oriented, maka penyedia informasi sebagai pusat dokumentasi yang tentunya diperlukan oleh para penggunanya, pengembangan yang sudah sangat wajar dimiliki adalah adanya perangkat digital library.

Di dalam penggunaannya, digital library lebih mudah dan dapat diakses secara online dimanapun para pengguna itu berada. Akses mudah tersebut dapat menjawab berbagai kebutuhan para penggunanya tanpa pengguna harus datang ke perpustakaan, hanya sekedar untuk mencari tahu apakah sebuah perpustakaan mempunyai koleksi yang dibutuhkan oleh penggunanya.

Digital library biasanya mencerminkan berbagai koleksi yang ada di sebuah perpustakaan. Mulai dari buku, jurnal/majalah dalam dan luar negeri, e book, e journal, skripsi, thesis, dan lain-lain.
Akses untuk skripsi dan thesis bisa full text, atau hanya bisa diakses abstraknya saja, tergantung dari kebijakan para pengelola perpustakaan itu sendiri. Biasanya hal ini dilakukan untuk mencegah plagiarisme.

Kamis, 04 November 2010

Musik Instrumentalia : Bolehkah Diperdengarkan di Sebuah Ruang Penyedia Informasi?

Perpustakaan, sebagai penyedia informasi identik dengan sepi, senyap. Hanya suara berbisik saja yang diperbolehkan ada di ruangan itu. Karena di sanalah terdapat insan-insan yang sedang belajar, atau melakukan penelitian. Dengan tujuan, agar lebih tenang dan khusuk di dalam meresapkan informasi yang digali, dengan bahan-bahan pustaka yang diperlukannya.

Kondisi ini sangat masuk akal untuk diamini. Karena hal ini merupakan salah satu fungsi dari perpustakaan sebagai tempat untuk belajar.

Namun, bolehkah ada cara lain yang mendukung cara belajar para pengunjung. Seperti misalnya para pengunjung disuguhi alunan musik instrumentalia sebagai teman dalam penelitian dan belajarnya...?

Pantaskah jika sebuah ruang perpustakaan mengalunkan musik klasik nan syahdu...? Apakah para pengunjung perpustakaan akan merasa enjoy dan menikmati saat-saat belajar seperti ini?
Atau malah kantuk langsung menyergap mereka, sehingga para pengunjung menjadi susah buat belajar...?

Tentunya hal ini perlu disikapi dengan matang oleh setiap penyedia informasi yang akan menerapkan alunan musik instrumentalia di perpustakaan. Perlu adanya sedikit survey yang nantinya bisa membuktikan dan akhirnya pihak perpustakaan bisa memutuskan apakah musik kalsik dan instrumentalia bisa membantu para pengunjungnya untuk enjoy di perpustakaan sehingga dia betah dengan penggalian ilmunya atau malah sebaliknya.

Rabu, 03 November 2010

Koleksi dan Jenis Bahan Pustaka Mempengaruhi Minat Pengunjung di Sebuah Penyedia Informasi

Di dalam sebuah perpustakaan dalam hal ini sebagai sebuah penyedia informasi yang dibangun dengan konsep user oriented, akan memperhatikan jenis dan koleksi untuk menunjang kebutuhannya.

Pengadaan dari koleksi tersebut bisa dibuka dengan pengusulan dari pengunjung perpustakaan. Tentunya hal ini bisa diterapkan untuk mengetahui sejauh mana sebuah koleksi benar-benar diperlukan oleh para penggunanya, selain dari para pengajarnya.

Namun, tidak menjadi kewajiban bagi pihak perpustakaan untuk memenuhi usulan tersebut. Ada yang harus dikaji lebih jauh lagi bagi penyedia informasi bahwa memang judul dari buku usulannya bukan untuk keperluan pribadi semata, tetapi memang diperlukan untuk menunjang mata kuliah yang diambilnya. Dengan kros cek kepada pengajar mata kuliah tersebut, dan jika dinyatakan diperlukan, pastinya pihak perpustakaan akan menyediakannya. Itupun ada satu tahap seleksi lagi. Jika perpustakaan belum memiliki judul dari bahan pustaka yang diusulkannya, maka perpustakaan akan membelinya. Jadi, tidak semua usulan bisa dipenuhi.

Selain koleksi bahan pustaka, pengusulan ini berlaku pula untuk pengadaan jenis koleksi lainnya misalnya untuk koleksi CD-ROM, jurnal dan majalah. Kan ada tuh, CD-ROM sebagai utama dari sebuah koleksi, bukan sebagai pelengkap. Termasuk di dalamnya jika diperlukan koleksi film. Karena ada satu fakultas yang pengajarannya memerlukan visualisasi, seperti misalnya untuk koleksi Fakultas Filsafat.

Dengan upaya tersebut, diharapkan dapat semakin membuat para pengunjung seolah memiliki rumah kedua atau ketiga sebagai tempat untuk membangun ilmu pengetahuannya.

Senin, 01 November 2010

Sebuah Pelayanan Penyedia Informasi

Penyedia informasi, dalam hal ini perpustakaan, tentu memiliki strategi dan sistem di dalam pelayanannya, agar apa yang tersedia di perpustakaan bisa digunakan secara maksimal oleh para pengguna, baik bagi pengguna di dalam kampus itu sendiri, maupun bagi pengguna di luar kampus.

Sistem yang simpel dan terpadu yang mengedepankan efisiensi bisa saja menjadi satu acuan agar perpustakaan layak dikunjungi oleh banyak pengguna. Selain itu keramahan dan sikap tanggap bagi para pengguna, jika terlihat dari mereka seperti canggung saat masuk ke perpustakaan, dengan menanyakan hal yang diperlukannya. 

Juga ketersediaan koleksi. Baik buku text book, jurnal / majalah dari dalam dan luar negeri. Ketersediaan media telusur yang akurat sebagai media temu kembali untuk koleksi yang ada di perpustakaan.
Namun, untuk hal ini, tentu sangat bergantung pada anggaran masing-masing perpustakaan. Tetapi yang jelas, untuk mendukung pelayanan yang baik tentunya bisa dicover dengan sumber daya manusia yang memadai, yang benar-benar fokus terhadap pelayanannya.

Satu hal yang aku ingat dari setiap seminar yang aku ikuti, ialah untuk menjawab pertanyaan dari para pengguna. Jangan sampai sekali-sekali, petugas perpustakaan mengatakan TIDAK TAHU. Cobalah untuk menjawab setiap pertanyaan dengan berdiplomasi. Lebih halus dan bertanggung jawab, sehingga pengguna bisa memahami apapun yang tersedia di perpustakaan.

Untuk menunjang pelayanan tersebut, jam layanan juga menentukan keleluasaan bagi para pengguna. Mereka bisa lebih berlama-lama ada di perpustakaan untuk melakukan penelitiannya.Ruang audio visual, ruang santai, ruang baca yang nyaman, juga ketersediaan interneet yang cepat untuk mengakses sejumlah koleksi e-journal yang telah dilanggan dari sebuah provider, misalnya. Bukan untuk buka FB dan chatting ria di sana. Tentunya hal ini sudah dibatasi penggunaannya hanya untuk layanan di seputar perpustakaan saja.

Semua yang dilakukan oleh para petugas penyedia informasi, sebagai layanan jasa di bidang pendidikan, tentunya sangat berfokus pada user oriented. Agar para pengguna dalam hal ini para mahasiswa bisa memanfaatkan perpustakaan dengan maksimal, sehingga mutu lulusannya berkualitas dan mampu berkompetisi dengan lulusan-lulusan lainnya saat ia lulus kelak.